Penyebab melemahnya nilai tukar rupiah dapat dilihat dari dua faktor yaitu:
A. Faktor Eksternal
·
Aksi
borong dollar yang dilakukan spekulan asing menjelang akhir tahun 2014. Aksi
ini dipicu oleh momen liburan panjang seluruh umat manusia berkaitan dengan
perayaan natal dan tahun baru masehi. Kebutuhan akan Dollar meningkat drastis.
Para pelaku dunia usaha atau orang berduit yang ingin berlibur atau pulang
kampung tentu lebih memilih dollar untuk pegangan mereka.
·
Kebijakan
moneter Eropa dan Jepang yang melemahkan Euro dan Yen. Menurut BI, sepanjang
tahun 2014, euro melemah 13 persen dan yen melemah 12 persen. kebijakan moneter
(quantitative easing/QE) diambil agar pasar mata uang pemakai euro dan yen
lebih kompetitif. Imbasnya, kondisi ekonomi negara-negara berkembang menjadi
tak stabil dan mata uang mereka cenderung melemah.
·
Menguatnya
Dollar sebagai imbas membaiknya data ekonomis AS dan keinginan AS menaikan suku
bunga lebih cepat dari perkiraan. Kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap
tingginya capital outflow.Pemerintah harus
tetap konsisten menerapkan penggunaan rupiah dalam negeri dan menjaga
volatilitas rupiah pada transaksi antarbank dari serangan spekulan.
B. Faktor Internal
·
Kecenderungan perusahaan dalam negeri membayar utang dalam bentuk dollar. Akibatnya dollar laris manis dan stok
berkurang. Kurs beli dollar menguat, sedangkan kurs jual rupiah melemah.
·
Produk impor membanjiri pasaran, sementara ekspor
negara kita cenderung rendah. Negara mengalami devisit perdagangan, akibatnya
nilai tukar rupiah melemah.
·
Aktivitas perusahaan asing membayar dividen dalam
bentuk dollar ke negara tujuan. Seandainya ada aturan yang memproteksi dividen
dengan dollar, tapi disesuaikan dengan negara tujuan, di mana dividen dibayar
dengan mata uang negara pemegang saham, mungkin rupiah tidak akan fluktuatif
tiap semester.
A. Dampak
Positif
- Kiriman TKI ke keluarganya di Indonesia akan menjadi berlipat nilainya seiring melemahnya rupiah dan hampir semua uang kiriman TKI dalam bentuk dollar AS ketika akan mengirim ke Indonesia.
- Melemahnya nilai tukar rupiah membawa berkah bagi anggaran negara. Pasalnya, pelemahan tersebut akan memberikan surplus dalam neraca perdagangan.
- Harga produk Indonesia yang dijual di luar negeri akan makin murah lagi. Secara teoritis, hal ini bisa meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk Made In Indonesia. Selain itu, perusahaan berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri dalam bentuk Dolar AS yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya rupiah. Dengan sendirinya, kondisi ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia.
B. Dampak
Negatif
1. Para pengusaha
yang bahan baku produknya berasal dari luar negeri, tentu hal ini menjadi
kendala yang cukup serius bagi kelangsungan usahanya. Sebagai contoh ringan,
pengusaha tahu tempe yang mengandalkan bahan baku kedelai impor.
2. Pengusaha pakan
ternak juga dipastikan mengalami masalah serius. Hal itu karena lebih dari 50
persen bahan bakunya diimpor dari luar negeri. Selama ini para pengusaha
mengipor bahan baku pakan ternak (termasuk jagung) dari luar negeri. Di sektor
lain, Indonesia akhir-akhir ini juga diguncang dengan kelangkaan daging sapi.
Untuk memenuhi hal itu, pemerintah memutuskan untuk mengimpor sedikitnya 50
ribu sapi dari Australia. Jika rupiah semakin melemah, tentu harapan pemerintah
untuk bisa menurunkan harga daging sapi di pasaran akan mengalami kendala
karena harga sapinya saja sudah mahal, apalagi dagingnya.
3. Harga
barang-barang elektronik dan automotif juga dipastikan akan mengalami lonjakan
drastis. Hal ini karena barang-barang tersebut merupakan produksi luar negeri,
Kenaikan harga berdampak pada daya beli masyarakat terhadap produk-produk
elektronik dan otomotif semakin rendah dan para pedagang pastinya bersiap-siap
merasakan penurunan omset penjualannya.
Kebijakan yang akan diambil pemerintah dan yang akan dilakukan pemerintah untuk mengatasi
dampak melemahnya nilai tukar rupiah
Pemerintah Jokowi-JK telah melakukan
finalisasi paket kebijakan ekonomi untuk menstabilkan rupiah atau menurunkan
defisit transaksi berjalan. Salah satu dari kebijakan yang akan diambil
pemerintah ialah Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan dan Assosiasi
pemilik kapal nasional Indonesia -INSA menentukan formulasi pajak pemilik
atau perusahaan kapal asing. Namun menurut Sekretaris Jenderal INSA, Paulis A
Johan, belum ada ajakan dari pemerintah untuk menentukan formulasi pajak bagi
pemilik kapal asing. Padahal selama ini kapal asing yang keluar-masuk
Indonesia umumnya mengabaikan pajak. Pengabaian pajak ini membuat defisit transaksi
jasa di sisi pelayaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar