Arus Modal Masuk
Nilai impor non migas dalam tahun 1989/90 naik dengan 21,3%
dan naik lagi dengan 31,0% dalam tahun 1990/91. Dengan langkah-langkah
penyejukan mesin perekonomian yang ditempuh waktu itu, laju pertumbuhan nilai
impor non migas dalam dua tahun terakhir dapat diturunkan menjadi 11,4% pada
tahun 1991/92 dan 9,7% pada tahun 1992/93.
Pengeluaran devisa neto untuk jasa jasa naik
rata-rata sebesar 9,4% per tahun dari sebesar US$ 7,4 miliar pada tahun 1988/89
menjadi sebesar US$ 10,5 miliar pada tahun 1992/93. Kenaikan ini terutama
berasal dari jasa jasa sektor non migas dan sektor gas alam cair yang
masing-masing meningkat rata-rata sebesar 10,1 % dan 15,3 % per tahun. Dalam
kurun waktu yang sama, penerimaan jasa jasa dari sektor pariwisata meningkat
cukup pesat yaitu darisebesar US$ 1,4 miliar pada tahun 1988/89 menjadi sebesar
US$ 3,3 miliar pada tahun 1992/93.Perkembangan ekspor dan impor barang dan jasa
tersebut di atas mengakibatkan besarnya defisit transaksi berjalan Indonesia
dari tahun ke tahun bervariasi. Pada tahun 1988/89 defisit transaksi ber-jalan
adalah sebesar US$ 1,9 miliar, dan karena peningkatan suhu perekonomian jumlah
ini meningkat menjadi US$ 3,7 miliar pada tahun 1990/91 dan US$ 4,4 miliar pada
tahun 1991/92. Selanjutnya defisit transaksi berjalan turun menjadi US$ 2,6
miliar pada tahun 1992/93. Dalam
5 tahun terakhir, pinjaman di sektor Pemerintah turun dari US$ 6.588 juta pada
tahun 1988/89 menjadi US$ 5.755 juta pada tahun 1992/93. Hal ini dimungkinkan
oleh keberhasilan peningkatan ekspor non migas dan mobilisasi sumber-sumber
dana dari dalam negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar